Thursday 20 September 2012

HUKUM BERMUKA DUA (TALAM DUA MUKA)

Pertanyaan:

Apakah hukumnya bermuka dua yang menghadapi manusia dengan penampilan yang berbeza-beza?

Jawapan:
 
Orang yang bermuka dua, yang menghadapi sesuatu dengan wajah/penampilan seperti ini dan menghadapi yang lain dengan wajah/penampilan yang lain, adalah SEJAHAT-JAHAT MANUSIA. Sebagaimana diriwayatkan dari Nabi S.A.W., dan ia adalah salah satu jenis nifaq. Apabila hal ini sudah mewabah di suatu masyarakat, bererti masyarakat ini adalah tidak lurus. Setiap orang dari dalam masyrakat tersebut tidak percaya terhadap yang lain, selanjutnya tercerai berailah masyarakat itu. Banyak terjadi penipuan dan perbuatan khianat. Manusia paling jahat pada hakikatnya adalah yang bermuka dua. Sebagaimana terdapat dalam hadits Rasulullah S.A.W. ,

اَلَّذِيْ يَأْتِيْ هؤُلاَءِ بِوَجْهٍ وَهؤُلاَءِ بِوَجْهٍ
"Yang mendatangi mereka dengan satu wajah dan mendatangi yang lain dengan wajah yang berbeda. " [ HR : Bukhari dalam al-Manaqib (3494); Muslim dalam al-Birr (2536) ] 

Seorang muslim harus waspada terhadap perkara ini dan memperingatkan darinya sehingga tidak terjadi berbagai kerosakan yang telah kami jelaskan sebahagian di antaranya.
Rujukan:
Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.

Tuesday 28 August 2012

HUKUM KENCING BERDIRI.

Pertanyaan:

Bolehkah seseorang kencing sambil berdiri jika hal itu tidak mengenai dirinya ataupun pakaiannya?

Jawapan:

BOLEH kencing sambil berdiri apabila hal itu memang diperlukan, dengan syarat, tempatnya tertutup sehingga tidak ada orang lain yang melihat auratnya serta tidak terkena percikan air kencingnya. Hal ini berdasarkan riwayat dari Hudzaifah r.a., baahwa Nabi SAW menuju hujung tempat pembuangan sampah suatu kaum, lalu beliau buang air kecil sambil berdiri. [Disepakati kesahihannya. HR. Al-Bukhari dalam al-Wudhu' (2224); Muslim dalam ath-Thaharah (273)].

Namun demikian, lebih baik dilakukan dengan duduk/jongkok/mencangkung, kerana seperti itulah yang selalu dilakukan oleh Nabi SAW , dengan tetap menutup aurat dan hati-hati agar tidak terkena percikan air kencing.

Rujukan:
Majalah al-Buhuts, nomor 38, hal. 132, Syaikh Ibnu Baz.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.


Thursday 7 June 2012

Erti IKHLAS dalam IBADAH


Apa makna ikhlas? Dan apabila seorang hamba menginginkan melalui ibadahnya sesuatu yang lain, apa hukumnya?   

Ikhlas kepada Allah Ta’ala maknanya seseorang bermaksud melalui ibadahnya tersebut untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala dan mendapatkan keredhaan-Nya.

Bila seorang hamba menginginkan sesuatu yang lain melalui ibadahnya, maka disini perlu diperincikan lagi berdasarkan klasifikasi-klasifikasi berikut :

Pertama
Dia memang ingin bertaqarrub kepada selain Allah di dalam ibadahnya dan ingin mendapatkan pujian semua makhluk atas perbuatannya tersebut. Maka, ini menggugurkan amalan dan termasuk syirik.

Di dalam hadis yang sahih dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Nabi SAW bersabda, Allah Ta’ala berfirman :

“Aku adalah Zat Yang paling tidak memerlukan sekutu, barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang di dalamnya dia mempersekutukan-Ku dengan sesuatu selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya berserta kesyirikan yang diperbuatnya.” [HR : Muslim, kitab Az-Zuhd, no.2985]

Kedua
Dia bermaksud melalui ibadahnya untuk meraih tujuan duaniawi seperti pangkat, kepemimpinan, kehormatan dan harta, bukan untuk tujuan bertaqarrub kepada Allah. Maka amalan orang seperti ini akan gugur dan tidak dapat mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’ala. Dalam hal ini, Allah Ta’ala berfirman :

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [Surah Hud : 15-16]

Perbezaan antara klasifikasi kedua dan pertama ialah, dalam klasifikasi pertama, orang tadi bermaksud agar dirinya dipuji atas ibadahnya tersebut sebagai ahli ibadah kepada Allah. Sedangkan pada klasifikasi kedua, dia tidak bermaksud agar dirinya dipuji atas ibadahnya tersebut sebagai ahli ibadah kepada Allah bahkan dia malah tidak peduli atas pujian orang terhadap dirinya.

Ketiga
Dia bermaksud  untuk bertaqarrub kepada Allah Ta’ala, disamping tujuan duniawi yang merupakan konsekuensi logis dari adanya ibadah tersebut, seperti dia memiliki niat dari thaharah yang dilakukannya (disamping niat beribadah kepada Allah) untuk menyegarkan badan dan menghilangkan kotoran yang menempel padanya, atau dia berhaji (disamping niat beibadah kepada Allah) untuk menyaksikan lokasi-lokasi syi’ar haji (Al-Masya’ir) dan bertemu para jemaah haji, maka hal ini akan mengurangi pahala ikhlas akan tetapi jika yang lebih dominan adalah niat beribadahnya, bererti pahala lengkap yang seharusnya diraih akan terlewatkan. Meskipun demikian, hal ini tidak berpengaruh bila pada akhirnya melakukan dosa. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala mengenai para jemaah haji.

“Tidak ada dosa bagimu mencari kurnia (rezeki hasil perniagaan) dari Rabb-mu.” [Surah Al-Baqarah : 198]

Jika yang dominan adalah niat selain ibadah, maka dia tidak mendapatkan pahala akhirat, yang didapatnya hanyalah pahala apa yang dihasilkannya di dunia itu. Malah mungkin dia berdosa kerana hal itu, sebab dia telah menjadikan ibadah yang semestinya merupakan tujuan yang paling tinggi, sebagai sarana untuk meraih kehidupan duniawi yang hina. Maka tidak ubahnya seperti orang yang dimaksud di dalam firman-Nya :

“Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (pembahagian) zakat, jika mereka diberi sebahagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” [ Surah At-Taubah : 58]

Di dalam Sunan Abu Daud dari Abu Hurairah r.a disebutkan bahawa ada seorang lelaki berkata : ‘Wahai Rasulullah, (bagaimana bila) seorang lelaki ingin berjihad di jalan Allah sementara dia juga mencari kehidupan duniawi?’ Rasulullah SAW bersabda : “Dia tidak mendapatkan pahala” Orang tadi mengulangi lagi pertanyaannya hingga tiga kali dan Nabi SAW menjawab sama, “Dia tidak mendapatkan pahala.” [HR : Abu Daud, Sunan Abu Daud kitab Al-Jihad (2516), Musnad Ahmad, Juz II, hal. 290, 366 tetapi di dalam sanadnya terdapat Yazid bin Mukriz, seorang yang tidak diketahui identitinya (majhul).

Demikian pula hadis yang terdapat di dalam kitab Ash-Sahihain dari Umar bin Al-Khatthab r.a. bahwasanya Nabi SAW bersabda :

“Barangsiapa yang hijrahnya kerana ingin meraih kehidupan duniawi atau untuk mendapatkan wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya hanya mendapatkan tujuan dari hijrahnya tersebut.” [HR : Bukhari & Muslim]

Jika niatnya 50:50, tidak ada yang lebih dominan antara niat beribadah dan non-ibadah ; maka hal ini masih perlu dikaji lebih lanjut. Akan tetapi, pendapat yang lebih persis untuk perkara seperti ini adalah sama juga, tidak mendapatkan pahala sebagaimana orang yang beramal kerana Allah dan kerana selain-Nya juga.

Perbezaan antara jenis ini dan jenis sebelumnya (jenis kedua), bahawa tujuan yang bukan untuk beribadah pada jenis sebelumnya terjadi secara sendiri. Jadi, keinginannya tercapai malalui perbuatannya tersebut secara sendirinya seakan-akan yang dia inginkan adalah hasil dari pekerjaan yang bersifat duniawi itu.

Yang jelas perkara yang merupakan ucapan (niat) hati amatlah serius dan begitu penting sekali. Indikasinya, boleh jadi hal itu dapat membuat seorang hamba mencapai tangga As-Siddiqin, dan sebaliknya boleh pula mengembalikannya ke darjat yang paling bawah sekali.

Sama-samalah kita memohon kepada Allah agar dianugerahi niat yang ikhlas dan lurus di dalam beramal. Waallahua’alam.

Rujukan : Kumpulan Fatwa dan Risalah dari Syaikh Ibnu Utsaimin, juz 1, hal. 98-100.     

Penulis
AB & AIAQ

Friday 1 June 2012

GAY, LESBIAN & HOMOSEKSUAL


DOSA-DOSA HOMOSEKSUAL

Homoseksual  adalah seburuk-buruk perbuatan keji yang tidak layak dilakukan oleh manusia normal. Allah telah menciptakan manusia terdiri dari lelaki dan perempuan, dan menjadikan perempuan sebagai tempat lelaki menyalurkan nafsu biloginya, dan demikian sebaliknya. Sedangkan perilaku homoseksual (semoga Allah melindungi kita darinya) keluar dari makna tersebut dan merupakan bentuk perlawanan terhadap tabiat yang telah Allah ciptakan itu. Perilaku homoseksual merupakan kerosakan yang amat parah. Padanya terdapat unsur-unsur kekejian dan dosa perzinaan, bahkan lebih parah dan keji daripada perzinaan.

Aib wanita yang berzina tidaklah seperti aib lelaki yang melakukan homoseksual. Kebencian dan rasa jijik kita terhadap orang yang berbuat zina tidak lebih berat daripada kebencian dan rasa jijik kita terhadap orang yang melakukan homoseksual. Sebabnya adalah meskipun zina menyalahi syariat, akan tetapi zina tidak menyalahi tabiat yang telah Allah ciptakan (di antara laki-laki dan perempuan). Sedangkan homoseksual menyalahi syariat dan tabiat sekaligus.

Para alim ulama telah sepakat tentang keharaman homoseksual. Allah SWT dan Rasulullah SAW telah mencela dan menghina para pelakunya.

Firman Allah SWT, maksudnya : 

"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya. ‘Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun  (di dunia ini) sebelum kalian? ‘Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kalian ini adalah kaum yang melampui batas" [Al-A’raf : 80-81]

Dalam kisah kaum Nabi Luth ini tampak jelas penyimpangan mereka dari fitrah. Sampai-sampai ketika menjawab perkataan mereka, Nabi Luth mengatakan bahawa perbuatan mereka belum pernah dilakukan oleh kaum sebelumnya.

BESARNYA DOSA HOMOSEKSUAL SERTA KEKEJIAN DAN KEJELEKANNYA

Kekejian dan kejelekan perilaku homoseksual telah mencapai puncak keburukan, sampai-sampai haiwan pun menolaknya. Kita tidak mendapatkan seekor haiwan jantan pun yang mengahwini haiwan jantan lain. Akan tetapi keanehan itu terdapat pada manusia yang telah rosak akalnya dan menggunakan akal tersebut untuk berbuat keburukan.

Dalam Al-Qur’an Allah menyebut zina dengan kata faahisyah (tanpa alif lam), sedangkan homoseksual dengan al-faahisyah (dengan alif lam), (jka ditinjau dari bahsa Arab) tentunya   perbezaan dua kta tersebut sangat besar. Kata faahisyah tanpa alif dan lam dalam bentuk nakirah yang dipakai untuk makna perzinaan menunjukkan bahwa zina merupakan salah satu perbuatan keji dari sekian banyak perbuatan keji. Akan tetapi, untuk perbuatan homoseksual dipakai kata al-faahisyah dengan alif dan lam yang menunjukkan bahwa perbuatan itu mencakup kekejian seluruh perbuatan keji. Maka dari itu Allah SWT berfirman. :

"Mengapa kalian mengerjakan perbuatan faahisyah itu yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum kalian." [Al-A’raf : 80]

Maknanya, kalian telah mengerjakan perbuatan yang keburukan dan kekejiannya telah dikukuhkan oleh semua manusia.

Sementara itu, dalam masalah zina, Allah SWT berfirman :

"Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu faahisyah (perbuatan yang keji) dan suatu jalan yang buruk." [Al-Isra : 32]

Ayat ini menerangkan bahwa zina adalah salah satu perbuatan keji, sedangkan ayat sebelumnya menerangkan bahwa perbuatan homoseksual mencakup kekejian.

Zina dilakukan oleh lelaki dan perempuan kerana secara fitrah di antara lelaki dan perempuan terdapat kecenderungan antara satu sama lain, yang oleh Islam kecenderungan itu dibimbing dan diberi batasan-batasan syariat serta cara-cara penyaluran yang sebenarnya. Oleh kerana itu, Islam menghalalkan nikah dan mengharamkan zina serta memeranginya, Allah SWT berfirman:

"Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas." [Al-Mukminun : 5-7]

Jadi,  hubungan apapun antara lelaki dan perempuan di luar batasan syariat dinamakan zina. Maka dari itu hubungan antara lelaki dan perempuan merupakan panggilan fitrah keduanya, adapun penyalurannya mungkin dengan cara yang halal, mungkin pula dengan yang haram.

Akan tetapi, jika hal itu dilakukan antara lelaki dengan lelaki atau perempuan dengan perempuan, maka sama sekali tidak ada hubungannya dengna fitrah. Islam tidak menghalalkannya sama sekali kerana pada naluri dan fitrah manusia tidak terdapat kecenderungan seks lelaki kepada lelaki atau perempuan kepada perempuan. Sehingga jika hal itu terjadi, bererti telah keluar dari batas-batas fitrah dan tabiat manusia, yang selanjutnya melanggar hukum-hukum Allah. Firman Allah yang bermaksud :

"Yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum kalian." [Al-A’raf : 80]

Mujtahid berkata : “Orang yang melakukan perbuatan homoseksual meskipun dia mandi dengan setiap titisan air dari langit dan bumi masih tetap najis”.

Fudhail Ibnu Iyadh berkata : “Andaikan pelaku homoseksual mandi dengan setiap titisan air langit maka dia akan menjumpai Allah dalam keadaan tidak suci”.

Ertinya, air tersebut tidak dapat menghilangkan dosa homoseksual yang sangat besar yang menjauhkan antara dia dengan Tuhannya. Hal ini menunjukkan betapa mengerikannya dosa perbuatan tersebut.

Amr bin Dinar berkata menafsirkan ayat diatas : “Tidaklah sesama lelaki saling meniduri melainkan termasuk kaum Nabi Luth”.

Al-Walid bin Abdul Malik berkata : “Seandainya Allah SWT tidak menceritakan kepada kita berita tentang kaum Nabi luth, maka aku tidak pernah berfikir kalau ada lelaki yang menggauli lelaki”.

AZAB DAN SIKSA KAUM NABI LUTH

Disebutkan bahwa Allah SWT menghujani mereka dengan batu. Tidak tersisa seorangpun melainkan dia dihujani batu tersebut. Sampai-sampai disebutkan bahawa salah seorang dari pedagang di Makkah juga terkena hujan batu sekeluarnya dari kota itu. Kerasnya azab tersebut menunjukkan bahwa homoseksual merupakan perbuatan yang paling keji sebagaimana yang disebutkan dalam dalil.

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. , dia berkata bahwa Nabi SAW bersabda :

"Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth. Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth. Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth."          [HR Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra IV/322 (no. 7337)]

Waallahua'lam...

- Abu Iqbal Al-Qaireen.

Wednesday 16 May 2012

BUAT KAU, SI TEMAN SEJATI...

BUAT KAU, SI TEMAN SEJATI...

Lihatlah senyuman, lihat juga kerut di dahiku,
Lihatlah janggut tebal, lihat juga uban di kepalaku,
Perhatikan kebaikan, contohi selagi kau mampu,
Perhatikan kekurangan, betulkan selagi ku mampu,

Tangis melirih sendu, 
Iringi tubuh longlai sayu,
Waktu tak menunggu,
Pikul amanah di bahu.

Kepala terasa berat,
Nafas tersekat-sekat,
Mengalir darah pekat,
Tanda ajal semakin dekat.

Tuhanku, aku rindukan-Mu,
Rindu kian membelenggu,
Berbaring diribaan-Mu,
Harap rahmat kepadaku.

Temanku, jangan tangisi pemergianku,
Iringi perjalananku dengan doamu,
Lihatlah rumahku di syurga itu,
Setia menanti kehadiran tetamu.

Temanku, jika kau sahabat sejati,
Tak terkenang kekuranganku lagi,
Bila alam buana mati,
Kita pasti kan bertemu lagi...



-Abu Iqbal Al-Qaireen

Sunday 6 May 2012

Istilah Dalam Ilmu Hadis


Dalam ilmu hadith, ada beberapa istilah yang dipakai oleh ulama hadith yang tidak akan kita faham kecuali kita melihat kepada huraian mereka.

Sebagai contoh istilah “hadith diriwayatkan oleh as Sab`ah”, apakah maksud istilah ini? As Sab`ah ertinya tujuh. Jadi, bila disebut hadith ini diriwayatkan oleh as-Sab`ah, maknanya hadith ini diriwayatkan oleh tujuh orang. Tujuh orang di sini merujuk kepada tujuh orang ulama hadith. Jadi timbul persoalan, siapakah tujuh orang itu? Maka di sinilah perlunya kita mengetahui istilah yang diguna-pakai oleh ulama hadith.

Istilah yang akan cuba kita fahami

Di antara istilah yang akan kerap kali dijumpai ialah seperti berikut:
Hadith diriwayatkan oleh as sab`ah, atau hadith ini diriwayatkan oleh as sittah, atau hadith ini diriwayatkan oleh al khamsah, atau hadith ini diriwayatkan oleh al arba`ah, atau hadith ini diriwayatkan oleh ats tsalatsah. Inilah di antara istilah-istilah yang akan kita jumpa apabila kita mula mempelajari ilmu hadith. Maka di sini akan diterangkan apakah maksud istilah-istilah ini semua dengan satu persatu.


Istilah tujuh orang (as sab`ah)
Apabila disebut hadith ini diriwayatkan oleh as sab`ah (tujuh orang), maka maksudnya ialah hadith ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hanbal, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Tirmizi, Imam an Nasa`i dan Imam Ibnu Majah. Inilah maksudnya apabila disebut hadith riwayat as sab`ah (tujuh orang), dan susunan nama-nama imam hadith ini disusun mengikut susunan para ulama hadith.


Istilah enam orang (as sittah)
Apabila disebut hadith ini diriwayatkan oleh as sittah (enam orang), maka maksudnya ialah hadith ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Tirmizi, Imam an Nasa`i dan Imam Ibnu Majah. Inilah maksudnya apabila disebut hadith riwayat as sittah (enam orang).


Istilah lima orang (al khamsah)
Apabila disebut hadith ini diriwayatkan oleh al khamsah (lima orang), maka maksudnya ialah hadith ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hanbal, Imam Abu Daud, Imam Tirmizi, Imam an Nasa`i dan Imam Ibnu Majah. Inilah maksudnya apabila disebut hadith riwayat al khamsah (lima orang).


Istilah empat orang (al arba`ah)        
Apabila disebut hadith ini diriwayatkan oleh al arba`ah (empat orang), maka maksudnya ialah hadith ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Imam Tirmizi, Imam an Nasa`i dan Imam Ibnu Majah. Inilah maksudnya apabila disebut hadith riwayat al arba`ah (empat orang). 


Istilah tiga orang (ats tsalatsah)
Apabila disebut hadith ini diriwayatkan oleh ats tsalatsah (tiga orang), maka maksudnya ialah hadith ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Imam Tirmizi dan Imam an Nasa`i. Inilah maksudnya apabila disebut hadith riwayat ats tsalatsah (tiga orang).       


Istilah hadith riwayat Bukhari dan Muslim – maka maksudnya ialah hadith ini disebut dalam sahih Bukhari dan sahih Muslim dengan matannya yang sama, namun para perawi lain-lain.


Istilah muttafaqun alaih – maksudnya kedua-dua Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadith ini dengan matan dan para perawinya yang sama.  

Wednesday 2 May 2012

Alasan Mereka yang Enggan Bertaubat


Pertanyaan:

Ketika kita mengajak pelaku maksiat agar bertaubat dan kembali kepada Allah tapi ia menjawab, "Sesungguhnya Allah belum menetapkan hidayah untukku" dan yang kedua berucap, "Allah memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya." Bagaimana kita harus menjawab?

Jawapan:

Adapun yang pertama mengucapkan, "Allah belum menentukan hidayah untukku." Secara sederhana kita katakan, "Apakah kamu melihat perkara ghaib ataukah kamu telah membuat perjanjian di sisi Allah?" Jika ia menjawab, "Ya," maka kita katakan, "Kalau begitu kamu telah kafir, kerana kamu mendakwa mengetahui perkara ghaib." Jika ia mengatakan, "Tidak," maka kami katakan, "Kamu kalah. Jika kamu tidak mengetahui bahwa Allah belum memberikan hidayah maka carilah hidayah itu. Allah tidak menghalangimu dari hidayah, bahkan menyerumu ke sana dan menginginkan kamu mendapatkan hidayah, memperingatkan kamu supaya waspada terhadap kesesatan dan melarangmu darinya. Allah SWT tidak berkehendak membiarkan hamba-hamba-Nya pada kesesatan selamanya. Dia berfirman,

"Allah hendak menerangkan (hukum syariat-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan solihin) dan (hendak) menerima taubatmu." (An-Nisa': 26).

Oleh kerananya, bertaubatlah kepada Allah, dan Allah SWT sangat bergembira dengan taubatmu daripada seseorang yang kehilangan kenderaannya yang memuat makanan dan minumannya. Ia putus asa terhadapnya dan tidur di bawah pohon untuk menunggu kamatian. Ketika bangun, ternyata tali kekang untanya terikat pada pohon, lalu ia mengambil tali unta itu dan berkata, "Ya Allah, Engkau hambaKu dan aku Tuhanmu -ia salah ucap kerana sangat bergembira." (HR. Al-Bukhari dalam ad-Da'awat, no. 6309; Muslim dalam at-Taubah, no. 2747).

Sebenarnya, ia hendak berucap, "Ya Allah, Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu."

Adapun yang kedua yang mengatakan bahwa Allah memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Jika Allah memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan ini adalah pernyataan kamu, maka carilah hidayah itu sehingga kamu termasuk golongan yang dikehendaki untuk diberi hidayah oleh Allah. Sebenarnya, jawapan dari pelaku maksiat ini adalah untuk menolak hujjah dalam hubungannya dengan kami. Namun, itu tidak bermanfaat baginya di sisi Allah, karena Allah SWT berfirman,

"Orang-orang yang mempersekutukan Allah, akan mengatakan, 'Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukanNya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apapun.' Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta." (Al-An'am: 148).

Rujukan:
Fatwa Syaikh Ibn Utsaimin, jilid 1 hal. 54.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.

Tuesday 1 May 2012

Apakah itu Taubat?


Pertanyaan: 
Apakah itu taubat?

Jawapan:

Taubat adalah kembali dari bermaksiat kepada Allah menuju ketaatan kepadaNya.
Taubat itu disukai oleh Allah SWT.
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (Al-Baqarah: 222).

Taubat itu wajib atas setiap mukmin,

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya." (At-Tahrim: 8).

Taubat itu salah satu faktor keberuntungan,

"Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (An-Nur: 31).

Keberuntungan ialah mendapatkan apa yang dicarinya dan selamat dari apa yang dikhawatirkannya.

Dengan taubat yang semurni-murninya Allah akan menghapuskan dosa-dosa meskipun besar dan meskipun banyak,

"Katakanlah, 'Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'." (Az-Zumar: 53).

Jangan berputus asa, wahai saudaraku yang berdosa, dari rahmat Tuhanmu. Sebab pintu taubat masih terbuka hingga matahari terbit dari tempat tenggelamnya. Nabi SAW bersabda:
"Allah membentangkan tanganNya pada malam hari agar pelaku dosa pada siang hari bertaubat, dan membentangkan tanganNya pada siang hari agar pelaku dosa pada malam hari bertaubat hingga matahari terbit dari tempat tenggelamnya." (HR. Muslim dalam at-Taubah, no. 2759).

Betapa banyak orang yang bertaubat dari dosa-dosa yang banyak dan besar, lalu Allah menerima taubatnya. Allah berfirman,

"Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membu-nuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Furqan: 68-70).

Taubat yang murni ialah taubat yang terhimpun padanya lima syarat:

Pertama, Ikhlas karena Allah, dengan meniatkan taubat itu karena mengharapkan wajah Allah dan pahalanya serta selamat dari adzabnya.

Kedua, menyesal atas perbuatan maksiat itu, dengan bersedih karena melakukannya dan berangan-angan bahwa dia tidak pernah melakukannya.

Ketiga, meninggalkan kemaksiatan dengan segera. Jika kemaksiatan itu berkaitan dengan hak Allah, maka ia meninggalkannya, jika itu berupa perbuatan haram; dan ia segera mengerjakannya, jika kemaksiatan tersebut adalah meninggalkan kewajiban. Jika kemaksiatan itu berkaitan dengan hak makhluk, maka ia segera membebaskan diri darinya, baik dengan mengembalikannya kepada yang berhak maupun meminta maaf kepadanya.

Keempat, bertekad untuk tidak kembali kepada kemaksiatan tersebut di masa yang akan datang.

Kelima, taubat tersebut dilakukan sebelum habis masa penerimaannya, baik ketika ajal datang maupun ketika matahari terbit dari tempat terbenamnya. Allah berfirman,

"Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, 'Sesungguhnya saya bertaubat sekarang'." (An-Nisa': 18).

Rasulullah SAW bersabda,
"Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari tempat tenggelamnya, maka Allah menerima taubatnya." (HR. Muslim dalam adz-Dzikr wa ad-Du'a', no. 2703)

Ya Allah, berilah kami taufik untuk bertaubat semurni-murninya dan terimalah amalan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Rujukan:
Risalah fi Shifati Shalatin Nabi'a, hal. 44-45, Syaikh Ibn Utsaimin.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.

Wednesday 18 April 2012

UJIAN tanda ALLAH sayang

Semakin sayang Allah pada kita, semakin diuji iman kita kepada-Nya. Namun, dirawat-Nya dengan sebaik-baik penawar, ketenangan yang hakiki di hati.

Memang hidup ini tak akan pernah sunyi dari setiap dugaan dan ujian. Apa yang boleh saya katakan, sebagai umat Islam seharusnya kita yakin sesungguhnya setiap cabaran dan ujian hidup itu adalah bukti kasih sayang Allah terhadap kita.

Berdasarkan dalil daripada ayat 15-17, surah al-Fajr, kita harus fahami bahawa setiap kenikmatan dan kelapangan yang diberikan itu BUKAN bermakna Allah telah memberikan kemuliaan. Dan setiap orang yang diberikan ujian dan cubaan itu BUKAN bererti Allah telah menghinakannya.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah(691H-751H) dalam mensyarahkan dalil daripada ayat-ayat tersebut menyatakan golongan pertama itu sebenarnya telah diuji dengan beberapa kenikmatan dan golongan yang kedua itu pula telah dimuliakan dengan diberinya cubaan dan ujian.

Apa yang penting bersabar dan bermuhasabahlah selalu kepada Allah Azza wa Jalla. Setiap orang yang beriman pasti akan menerima cubaan. Yang pasti, setiap ujian itu akan sentiasa kita alami sepanjang hayat, cuma tahap dan bentuknya mungkin berbeza-beza.

Sebagaimana yang diriwayatkan dari sebuah hadis, Saad bin Abi Waqqas pernah bertanya kepada Rasulullah SAW ; ”Siapakah orang yang paling berat cubaannya?” Jawab baginda, “Di antara orang-orang yang paling berat cubaannya ialah para nabi, kemudian mereka yang seumpama dan seterusnya. Seseorang itu diuji sesuai dengan kadar agamanya. Jika dia mempunyai kekuatan dalam agamanya, maka beratlah ujian yang diterimanya.

“Sekira agamanya lemah, tentu dia akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Ujian akan selalu datang menimpa seorang hamba selagi dia masih berpijak di atas bumi, dan sehingga tiada lagi kesalahan padanya.” (HR : Tirmidzi)

Setiap kali diuji, walau seberat manapun cabarannya, ketahuilah, ianya akan menjadi kayu pengukur yang menentukan keteguhan iman seseorang.

Pelbagai ujian dan dugaan yang diterima itu, adalah bukti kasih sayang pencipta terhadap hambaNya. Dan juga untuk memastikan kita semua memiliki iman yang lebih kuat selepas berjaya menempuhnya dengan penuh kesabaran.

Selain bersabar. Apa yang paling penting ingatlah Allah dan berdoalah selalu. Doa itu adalah ubat yang paling mujarab. Menurut Ibn Qayyim di dalam kitabnya Ad dah’ Wad Dawaa’, “Doa adalah musuh segala bencana. Ianya dapat menolak malah dapat menghilangkannya. Ataupun sekurang-kurangnya doa itu akan dapat meringankan segala bentuk musibah yang datang.”

Sesungguhnya berdoa itu adalah senjata orang mukmin. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Al-Hakim di dalam kitab sahihnya yang berasal dari Ali bin Abi Talib ra., sabda Rasulullah SAW,

“Doa adalah senjata orang mukmin, tiang agama dan cahaya langit serta bumi.”

Akhir sekali, cuba baca perlahan-lahan dan hayatilah sabda Rasulullah saw dibawah yang maksudnya cukup indah dan mendalam sekali. Semoga ianya serba sedikit boleh menjadi penawar ataupun sekurang-kurangnya memberi sedikit suntikan kekuatan untuk kita di dalam menempuh apa saja ujian yang datang.

Janji Allah dalam sabda Rasulullah SAW,
“Tiada seorang Muslim pun yang ditimpa sesuatu yang menyakitkan berupa penyakit atau lainnya, melainkan kerananya Allah akan menghapuskan
keburukan-keburukannya sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya.”
(HR : Bukhari)

Semoga kita semua sentiasa bersabar, mengingati Allah dan berdoa selalu
di dalam menghadapi apa saja bentuk ujian yang mendatang.

PERCAYALAH sesungguhnya Allah menyayangi kita…

Wednesday 7 March 2012

-Hasbunallah wa nik’mal wakil-

Bismillah..

Hasbunalah wa nik’mal wakil ialah peluru terakhir para pejuang Islam. Ungkapan yang penuh makna tersirat ini terkeluar dari mulut hamba-hamba Allah yang mempunyai iman yang teguh, pada saat yang getir dan dikelilingi pelbagai ancaman.

Imam Bukhari meriwayatkan daripada sepupu Rasulullah SAW, Abdullah bin Abbas r.a. bahawa beliau telah berkata: “Ungkapan ‘Hasbunalah wa nik’mal wakil’ telah diucapkan oleh Nabi Ibrahim a.s. ketika dihumbankan (oleh kaumnya yang memusuhi dakwah baginda) ke dalam api yang marak menyala.”

Ungkapan ini juga disebut oleh Rasulullah SAW ketika dimaklumkan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, kerana itu takutlah kepada mereka. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: ‘Hasbunalah wa nik’mal wakil’ (lihat surah ‘Ali Imran 3:173).” ( HR : Bukhari no. 4287)

Cukup Allah sebagai Penolong

Ðalam kitab ‘Umdah al-Qari Sharh Sahih al-Bukhari, diterangkan bahawa makna ungkapan ini adalah: “Cukuplah Allah bagi kita (sebagai Penolong) dan Ðialah sebaik-baik Wakil (untuk kita bertawakal).”

Inilah sebenar-benar hakikat penyerahan diri yang hanya kepada Allah. Setelah segala perangcangan dan strategi dakwah dilaksanakan, maka langkah terakhir adalah dengan berserah serta bergantung sepenuhnya kepada Allah terutama ketika ancaman sedang memuncak. Kebiasaannya, musuh memiliki kelengkapan yang hebat dan jumlah bala tentera yang besar. Mereka bergantung sepenuhnya kepada dua faktor ini.

Namun, bagi golongan Mukmin, walaupun kelengkapan materialnya lebih kecil jika dibandingkan dengan pihak musuh, tetapi pergantungan kepada Allah Yang Maha Kuasa telah memberi kelebihan kepada mereka. Malangnya, apabila golongan Islam kurang bergantung kepada Allah dan berasa cukup dengan senjata dan strategi yang diatur, maka ini menjadi punca kelemahan dan kekalahan.


Ungkapan yang menyelamatkan Nabi Ibrahim

Kisah Nabi Ibrahim terlalu banyak dinukilkan dalam al-Quran. Al-Syeikh Muhammad Fuad Abdul baqi menyatakan dalam kitab beliau; al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Quran bahawa Nabi Ibarahim disebut sebanyak 69 kali dalam 25 surah al-Quran.

Peristiwa Nabi Ibarahim yang ktia bincangkan di sini diabadikan dalam surah al-Anbiya’ bermula ayat 51 hingga 71. Ia berlaku pada awal zaman dakwah baginda iaitu di negeri Babil (Babylon).

Sepanjang menyampaikan ajaran Islam, baginda terpaksa berhadapan dengan ayahnya sendiri, masyarakat dan pemerintah ketika itu. Ayat-ayat dalam surah al-Anbiya’ merakamkan dialog dan hujah Nabi Ibrahim dengan mereka, yang kesemuanya berakhir dengan kemenangan hujah baginda. Menjadi lumrah golongan yang jahat dan busuk hatinya sepanjang sejarah kemanusiaan, apabila mereka tewas berhujah, maka kekasaran menjadi pilihan.

Nabi Ibrahim lalu ditangkap dan diheret ke suatu tempat yang telah dinyalakan api yang begitu marak. Baginda terpaksa berhadapan dengan lawan yang sangat ramai, dan sesuai dengan kudrat seorang manusia, baginda tidak mampu untuk menghadapinya. Api semakin mengganas, kaumnya bersorak kegembiraan kerana mereka bakal menyaksikan anak muda yang menongkah arus penyembelihan berhala dulu, kini dan selamanya akan hangus dibakar seketika nanti.

Namun, dalam keadaan getir inilah, terbukti pergantungan hati yang hebat kepada Allah lantas terkeluar dari mulut baginda ungkapan: ‘Hasbunalah wa nik’mal wakil’. Maka, Allah yang menjadikan api bersifat panas dan membakar, telah mmerintahkan api supaya menjadi sejuk dan tidak membakar, lalu terselamatlah Nabi Ibrahim a.s. Pertolongan Allah muncul dengan cara yang tidak disangka-sangka!

Yakin dengan pertolongan Allah

Ungkapan ini juga disebut oleh Rasulullah SAW apabila Baginda diberitahu bahawa tentera Quraisy yang dikepalai oleh Abu Sufyan bersama-sama bala tentera yang ramai dan lengkap bersenjata sedang bersiap sedia untuk menyerang (lihat surah ‘Ali Imran 3:173).

Terdapat dua riwayat tentang peperangan tersebut. Riwayat pertama menyatakan bahawa ia adalah perang Hamra’ al-Asad yang berlaku sebaik sahaja perang Uhud berakhir. Riwayat kedua pula menyatakan ia berlaku dalam perang Badar al-Sughra yang tercetus setahun selepas perang Uhud. Penulis tidak berhasrat untuk membincangkan hujah kedua-dua riwayat tersebut kerana perkara yang lebih penting di sini ialah teladan yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW ketika berhadapan dengan musuh dan propaganda-propaganda mereka.

Musuh Islam akan sentiasa menyebarkan serangan-serangan psikologi untuk melemahkan semangat umat Islam, sehingga ada kalanya berjaya menggoncang pendirian sebahagian umat Islam yang lemah imannya. Walaupun diuar-uarkan betapa ramainya bala tentera musuh dan hebatnya kelengkapan mereka, Rasulullah SAW dan golongan mukmin dengan penuh yakin menegaskan bahawa pertolongan Allah pasti mengatasi segalanya. Ðan ini terbukti seperti mana yang telah disebutkan dalam firman Allah SWT di atas.

Persiapan kita hari ini

Setiap mukmin yang peka dengan perkembangan Islam bahkan turut sama menggembleng tenaga serta wang ringgit untuk menyebarkannya, pasti akan berhadapan dengan musuh-musuh yang sentiasa berusaha emmadamkan cahaya Allah di atas muka bumi ini.

Musuh pada zaman moden kini pastinya lebih hebat dan canggih peralatan mereka. Mereka melakukan serangan pemikiran melalui media-media yang dikuasai, serangan ekonomi, persenjataan dan teknologi. Maka dalam situasi ini, setelah siap segala persiapan dan stragegi yang disusun rapi, golongan mukmin perlu senitasa mencontohi Nabi Ibrahim a.s. dan Rasulullah SAW yang berbekalkan peluru terakhir kita, ‘Hasbunalah wa nik’mal wakil’.

Rujukan : Ustaz Syed Norhisyam Tuan Padang, Solusi ISU#39

Monday 27 February 2012

PERNIKAHAN : DALIL DARI AL-QURAN & AL-HADIS

Bismillahirahmannirrahim..

Pernikahan adalah suatu perkara yang amat indah dan diimpikan oleh setiap orang. Islam amat menggalakkan umatnya bernikah atau dalam istilah nusantara disebut sebagai berkahwin. Pernikahan atau perkahwinan ini amat dituntut oleh Islam, ianya dilambangkan sebagai sebahagian tuntutan yang perlu dilakukan bagi menjamin kesejahteraan hidup bagi individu, keluarga , mahupun masyarakat. Dalam Al-Quran sendiri terdapat beberapa ayat yang menerangkan tentang pernikahan. 

Begitu juga dengan hadis Rasulullah SAW. Baginda sering menasihatkan pemuda-pemuda supaya menyegerakan pernikahan. Ini kerana pernikahan itu membawa berbagai-bagai hikmah dan kebaikan. Antara hikmah pernikahan adalah sebagai wadah birahi manusia. Manusia yang tidak dapat mengendalikan nafsu birahi akan sangat mudah terjebak pada ajakan syahwat terlarang. Pintu pernikahan adalah cara yang tepat dalam mewadahi ‘aspirasi’ nulari normal seorang manusia.

Selain itu pernikahan juga dituntut bagi menjamin akhlak terpuji, memotivasikan semangat beribadah, membangunkan rumahtangga islamik, dan untuk mendapatkan zuriat penyambung keturunan. Islam melihat pernikahan ini sebagai suatu perkara yang penting dan perlu disegerakan. Di sini disertakan beberapa dalil yang menunjukkan betapa sesuatu pernikahan itu sangat-sangat dituntut oleh agama Islam yang mulia ini.

DALIL DARIPADA AL-QURAN
  1. "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memberi rezeki kepada mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) dan Maha Mengetahui." (Surah An-Nur : 32).
  2. "Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (Surah Adz-Dzariyaat  : 49).
  3. "Maha Suci Allah yang telah menciptakan (hidupan) berpasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." (Surah Yasiin : 36).
  4. "Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (isteri-isteri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari isteri-isteri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik." (Surah An-Nahl : 72).
  5. "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Surah Ar-Ruum : 21).
  6. "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan solat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Surah At-Taubah : 71).
  7. "Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Dia jadikan daripadanya (diri itu) jodohnya, kemudian Dia kembang-biakkan menjadi lelaki dan perempuan yang banyak sekali." (Surah An-Nisa' : 1).
  8. "..Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja..". (Surah An-Nisa’ : 3).
  9. "Dan tidaklah patut bagi lelaki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminah apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa menderhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah berbuat kesesatan yang nyata. (Surah Al-Ahzaab : 36).
  10. "Janganlah kalian mendekati zina, kerana zina itu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk." (Surah Al-Isra : 32).
  11. "Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia menciptakan istrinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya." (Surah Al-A’raf : 189).
  12. "Wanita-wanita yang keji adalah untuk lelaki-lelaki yang keji, dan lelaki-lelaki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk lelaki-lelaki yang baik dan lelaki-lelaki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)." (Surah An-Nur : 26)


DALIL DARIPADA HADIS


  1. Rasulullah SAW bersabda: "Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka pada sunnahku, maka dia bukan golonganku."(HR : Ibnu Majah, dari Aisyah r.anha).
  2. "Empat macam yang termasuk di antara sunnah-sunnah para Rasul iaitu berkasih sayang, memakai wangian, bersiwak dan menikah." (HR : Tirmidzi).
  3. Dari Aisyah, "Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu." (HR : Hakim & Abu Daud).
  4. Sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa diberi Allah seorang isteri yang solehah, sesungguhnya telah ditolong separuh agamanya. Dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah untuk separuh lainnya.” (HR : Baihaqi).
  5. Dari Amr Ibnu Asr, Rasulullah SAW bersabda: "Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya ialah wanita solehah." (HR : Muslim, Ibnu Majah & An-Nasa'i)
  6. “Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah isteri yang solehah”. (HR : Muslim)
  7. “Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah iaitu orang yang berjihad (berperang) di jalan Allah, budak yang menebus dirinya dari tuannya, dan pemuda/i yang menikah kerana mahu menjauhkan dirinya dari yang haram.” (HR : Tirmidzi, Ibnu Hibban & Hakim)
  8. “Wahai pemuda-pemuda! Bila di antaramu sudah mampu menikah hendaklah ia (segera) nikah, kerana (dengannya) mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara.” (HR : Bukhari & Muslim dari Ibnu Mas’ud r.a.).
  9. Rasulullah SAW bersabda: "Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak". (HR : Abu Daud).
  10. "Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain." (HR : Abdurrazak & Baihaqi).
  11. "Solat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)." (HR : Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah r.a.).
  12. "Rasulullah SAW bersabda: "Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah." (HR : Bukhari).
  13. "Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan kematian yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup membujang." (HR : Abu Ya'la & Thabrani).
  14. Rasulullah SAW bersabda: "Sungguh kepala salah seorang diantara kamu ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik, daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (HR : Thabrani & Baihaqi).
  15. "Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya (dengan kasih & sayang) dan isterinya juga memandang suaminya (dengan kasih & sayang), maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih & sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari isterinya (dengan kasih & sayang) maka berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya” (HR : Abu Sa’id).
  16. "Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang telah mampu untuk bernikah, maka hendaklah dia bernikah. Kerana dengan bernikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, kerana sesungguhnya puasa itu dapat menjadi perisai baginya." (HR : Bukhari & Muslim).
  17. Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah seorang lelaki dan wanita berkhalwat (berdua-duaan), sebab syaitan menemaninya. Janganlah salah seorang di antara kita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai mahramnya." (HR : Bukhari & Muslim dari Abdullah Ibnu Abbas r.a.).
  18. Rasulullah SAW bersabda: "Jika datang (melamar) kepadamu orang (lelaki) yang engkau senangi agama dan akhlaknya, maka segerakanlah (pernikahan). Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya nescaya terjadi malapetaka di bumi dan kerosakan yang luas." (HR : At-Tirmidzi)
  19. “Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) kerana silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita kerana kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya. Siapa yang menikahinya kerana kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan. Siapa yang menikahi wanita kerana bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau kerana ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya." (HR : Thabrani).
  20. "Janganlah kamu menikahi wanita kerana kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita kerana harta (kedudukannya) mungkin saja harta (kedudukannya) membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita kerana agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang solehah (baik), meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama." (HR : Ibnu Majah).
  21. Dari Jabir r.a., sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda : "Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang kerana agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya, maka pilihlah yang beragama." (HR : Muslim & Tirmidzi).


p/s : HADIS-HADIS DI ATAS DINILAI SAHIH dan SEBAHAGIANNYA BERSTATUS HASAN

Lain-lain info tentang Nikah dan Perkahwinan :

Disediakan oleh,
1. Abu Iqbal Al-Qaireen

Rujukan,
1. Al-Quran.
2. Mukhtasar Ihya' Ulumuddin,karya Imam Al-Ghazali, bab 12 & bab 23. 
3. Memasuki Gerbang Perkahwinan (edisi kedua), terbitan JAKIM.

Tuesday 7 February 2012

SALAHUDDIN AL AYYUBI- PEMBEBAS BAITUL MAQDIS




Salahuddin al-Ayyubi berketurunan Kurdi. Dia bukanlah berketurunan Arab sebagaimana yang cuba diselewengkan oleh sebahagian penulis. Namanya Salahuddin bin Ayyub bin Syazi. Dia dilahirkan pada 532 H/ 1137 M di kota Tikrit, berhampiran Baghdad.

Bapanya NAJMUDDIN AYYUB dan bapa saudaranya SYIRKUH datang dari Daywin di sempadan Azerbaijan. Kerajaan Bani Seljuk melantik bapanya sebagai pemerintah di Tikrit dan adik bapanya iaitu Syirkuh sebagai pembantu oleh seorang pegawai tinggi polis Bani Seljuk di Baghdad iaitu MUJAHIDUDDIN BAHRUZ.

MELARIKAN DIRI DARI TIKRIT

Suatu yang menarik, Salahuddin dilahirkan pada hari bapa dan bapa saudaranya diarahkan keluar dari Tikrit. Bahruz sendiri datang menemui mereka dan mengarahkan mereka pergi. Mereka terpaksa pergi kerana Syirkuh telah membunuh seorang pegawai keselamatan yang cuba memperkosa seorang wanita. Dikhuatiri para pengawal lain akan membalas dendam.

Dalam perjalanan pada malam itu, Najmuddin Ayyub pernah cuba membunuh Salahuddin yang baru lahir itu kerana membuat bising di sepanjang perjalanan. Nasib baik salah seorang pengikutnya berjaya menasihati Ayyub. Jika tidak, riwayat Salahuddin tamat pada hari lahirnya, di tangan bapanya sendiri.

KEHIDUPAN DI MAUSUL

Mereka lari ke Mausul. Di sana mereka disambut baik oleh IMADUDDIN ZANKI, pemerintah Mausul. Imaduddin Zanki terhutang budi kepada Ayyub dan Syirkuh kerana pernah menyelamatkannya dari dibunuh oleh Bani Seljuk. Mereka dihadiahkan sebidang tanah malah diamanahkan mengurus hal ehwal ketenteraan di Mausul.

Ketika kota Ba’albak jatuh ke tangan Imaduddin Zanki, Ayyub dijadikan gabenor kota itu. Di kota inilah Salahuddin dibesarkan.

PERANAN AWAL SALAHUDDIN

Imaduddin Zanki digantikan oleh anaknya NURUDDIN ZANKI. Nuriddin memberikan jawatan Ketua Polis Damsyik kepada Salahuddin. Salahuddin berjaya membersihkan Damsyik daripada jenayah.

Pada zaman itu Mesir diperintah oleh Kerajaan Fatimiyyah. Pada tahun 558 H, SYAWAR AS-SA’DI memberontak ke atas Kerajaan Fatimiyyah. Dia minta bantuan Nuruddin Zanki. Sekiranya menang, Syawar berjanji akan menghadiahkan 1/3 daripada cukai tanaman Mesir kepada Nuruddin. Nuruddin Zanki menghantar panglimanya SYIRKUH (bapa saudara Salahuddin) ke Mesir dan berjaya menguasainya.

Selepas mendapat kekuasaan, Syawar memungkiri janji. Malah Syawar berpakat dengan Raja Baitul Maqdis untuk mengetepikan Nuruddin Zanki. SYIRKUH dihantar menyerang Mesir dan berjaya memperolehi kemenangan. Syirkuh melantik SALAHUDDIN sebagai wakil Nuruddin Zanki di Mesir. Kerajaan Fatimiyyah pun melantik Salahuddin sebagai menteri. Sepanjang tugasnya itu, Salahuddin pernah mengalahkan tentera salib Peranchis yang cuba memasuki Mesir.

KONSPIRASI MENJATUHKAN SALAHUDDIN

Oleh kerana Salahuddin masih muda, ramailah orang yang iri hati dengannya. Ada 3 konspirasi besar yang cuba menjatuhkannya.

KONSPIRASI PERTAMA – Setiausaha khalifah Fatimiyyah bernama NAJAH, seorang yang dikasi. Pada 564 H, dia berpakat dengan sebahagian rakyat Mesir untuk mengundang Peranchis mengalahkan Salahuddin. Menurut rancangannya, pasukan Najah akan menyerang Salahuddin dari belakang ketika tentera Peranchis menyerang Mesir.

Najah mengutus sepucuk surat rahsia kepada tentera Peranchis. Surat itu dimasukkan ke dalam sepasang kasut baharu dan diberikan kepada pengawalnya. Pengawal Salahuddin terjumpa surat itu tetapi Salahuddin tidak mengambil tindakan drastik kerana khuatir para penyokong Najah akan memberontak. Lagi pun Najah berada dalam istananya yang sukar ditembusi. Salahuddin mahu bersedia sepenuhnya sebelum membuat perhitungan terakhir.

Pada suatu hari, Najah keluar dari istananya. Peluang ini diambil oleh Salahuddin. Dia mengerahkan orangnya membunuh Najah. Pembunuhan Najah menyebabkan 50,000 tentera khalifah Fatimiyyah berbangsa Sudan mengangkat senjata memerangi Salahuddin, namun ia berjaya dipatahkan oleh Salahuddin.

KONSPIRASI KEDUA – Imarah al-Yamani ialah seorang ahli sejarah. Dia bercadang untuk menurunkan Salahuddin dari jawatannya lalu menggantikannya dengan anak khalifah. Oleh itu dia mula mengumpul pengikut dan seterusnya meminta bantuan tentera Peranchis. Dengan kuasa Tuhan, salah seorang pengikutnya membocorkan rahsia kerana mahukan ganjaran. Salahuddin menangkap Imarah dan kesemua pengikutnya lalu dibunuh.

KONSPIRASI KETIGA – Kanz ialah gabenor Aswan dan Sudan. Askar-askarnya membunuh 10 orang amir yang dilantik oleh Salahuddin. Salahuddin menghantar tentera di bawah pimpinan saudaranya Al Malikul Adil dan mendapat kejayaan.

PERANG DENGAN TENTERA PERANCIS

Tentera Peranchis di Syam, Sepanyol dan Sicily bergabung lalu menyerang dan menguasai Dimyat pada 568 H. Mereka melakukan kekejaman di sana. Salahuddin terpaksa meminta bantuan NURUDDIN ZANKI. Tentera Peranchis ketakutan lalu berundur dari Dimyat. Mereka dapat bermaharajalela di Dimyat selama 50 hari sahaja.

Tentera Peranchis dari Sicily cuba serang Iskandariah pada 569 H. 1500 askar marin dan 30,000 tentera lainnya dikerahkan. Tentera marin mendarat dan membunuh 7 orang Islam serta menenggelamkan kapal-kapal tentera Islam di pantai. Kemudian mereka mendirikan 300 buah khemah di tepi pantai. Salahuddin bergegas ke sana dan berjaya mengalahkan mereka.

PEMERINTAHAN SALAHUDDIN

Banyak rakyat Mesir pada zaman itu taksub kepada ahlul bait yang berada dalam Kerajaan Fatimiyyah. Kebanyakan mereka terpengaruh dengan ajarah Syiah yang ekstrem. Salahuddin yang berfahaman Ahli Sunnah wal Jamaah berusaha membetulkan fahaman rakyat lalu mengasaskan dua institusi pendidikan iaitu Madrasah An-Nasiriyyah dan Madrasah Al-Kamiliyyah.

Salahuddin juga menukarkan doa dan pujian kepada kerajaan Fatimiyyah dalam khutbah Jumaat kepada kerajaan Abbasiyyah. Hal ini selaras dengan kehendak NURUDDIN ZANKI yang bernaung di bawah kekhalifahan Abbasiyyah.

Ketika khalifah kerajaan Fatimiyyah iaitu Khalifah Al-Adid gering, Nuruddin desak Salahuddin kumpulkan orang-orangnya agar bermesyuarat tentang perubahan isi doa dan pujian dalam khutbah tersebut. Semua orang khuatir kalau-kalau perubahan itu nanti tidka dapat diterima oleh rakyat Mesir. Seorang yang bergelar Al-Amir Al-Alim bangun dan menyatakan kesanggupannya untuk menajdi pengkhutbah pertama melakukannya. Mengejutkan, rakyat menerima perubahan itu dengan tenang.

Apabila Khalifah Al-Adid meninggal dunia pada 567 H/ 1171 M, berakhirlah era kerajaan Fatimiyyah. Salahuddin pun diterima sebagai pemerintah sebenar Mesir. Dia memberikan layanan yang baik kepada keluarga khalifah Fatimiyyah.

Seterusnya Raja Salahuddin mengarahkan agar doa dan pujian dalam khutbah turut diberikan kepada NURUDDIN ZANKI selain kepada Khalifah Abbasiyyah. Dia juga sering menghantar hadiah kepada Nuruddin. Jelaslah bahawa hubungan Salahuddin dengan tuannya Nuruddin sangat baik.

Namun begitu ada pihak yang iri hati cuba menjadi batu api antara Salahuddin dengan Nuruddin. Hampir-hampir tercetus peperangan anatara mereka. Salahuddin tetap memberikan wala’nya (kesetiaan) terhadap Nuruddin sehinggalah Nuruddin meninggal dunia pada 569 H/ 1173 M.

SELEPAS KEMATIAN NURUDDIN ZANKI

Ketika Nuruddin Zanki meninggal dunia, anaknya AS-SALIH ISMAIL yang baru berusia 11 tahun. Pemangku yang dilantik oleh Nuruddin bernama SYAMSUDDIN AL-MIQDAM, malangnya dia tidak pandai mentadbir. Orang-orang kanan Nuruddin pula masing-masing hendak menjadi pemerintah Syam. Keadaan ini mencetuskan konflik politik di Syam.

Seorang anak saudara Nuruddin bernama SAIFUDDIN (Gabenor Mausul) memulakan kempennya. Dia berjaya menguasai wilayah-wilayah yang pernah berada di bawah Nuruddin. Namun beberapa orang amir minta bantuan Peranchis untuk mendapatkan kekuasaan.

Salahuddin faham akan situasi ini tapi dia tidak bertindak terburu-buru. Dia berusaha mencari jalan penyelesaian yang terbaik. Dia mengakui ketuanan anak Nuruddin iaitu Raja Al-Salih Ismail dan terus menempa matawang yang tertera nama As-Salih Ismail serta meneruskan doa dan pujian khutbah terhadapnya.

SALAHUDDIN DATANG KE SYAM

Pemangku raja iaitu SYAMSUDDIN AL-MIQDAM berusaha untuk menyekat kekuasaan SAIFUDDIN (anak saudara Nuruddin Zanki) lalu meminta bantuan Raja Baitul Maqdis. Penduduk Damsyik cemas melihat bunga-bunga perang besar ini lalu meminta Salahuddin datang ke Syam untuk mencari penyelesaian. Salahuddin dan tenteranya pun datang ke Syam.Kehadiran Salahuddin berjaya menenangkan keadaan. Dia diberi kepercayaan oleh Syamsuddin untuk menguruskan Damsyik, pusat Syam ketika itu. Apabila keadaan sudah teratur, Salahuddin meninggalkan pentadbiran Damsyik kepada saudaranya iaitu Sauful Islam Taghtakin. Sepanjang berada di Syam, Salahuddin berjaya mengalahkan beberapa kawasan pemberontak Syiah.

Banyak pihak dengki akan Salahuddin. Oleh itu beberapa percubaan membunuhnya dilakukan tetapi semuanya gagal. Pernah satu ketika 3 orang lelaki menyamar sebagai pengawal peribadi Salahuddin dan berjaya masuk ke khemahnya. Salahuddin ditikam tapi diselamatkan oleh pakaian perangnya.

Kamasytakin ialah Gabenor wilayah Halab. Dia meminta bantuan Peranchis dalam usahanya menjatuhkan Salahuddin. Tentera Peranchis datang dengan diketuai oleh Raymond III. Tentera lari pulang kerana tidak mahu mengambil risiko.

Anak Nuruddin Zanki iaitu Raja Al-Malik Salih iri hati akan kejayaan-kejayaan Salahuddin. Dia berpakat dengan beberapa orang amir malah meminta bantuan SAIFUDDIN GHAZI (sepupunya) di Mausul. Peperangan antara mereka dengan Salahuddin tidak dapat dielakkan. Akhirnya Salahuddin memperolehi kemenangan pada 570 H.

Salahuddin mengepung Halab dalam usahanya menamatkan penentangan musuh-musuhnya. Anak perempuan NURUDDIN ZANKI yang masih kecil datang menemui Salahuddin. Salahuddin melayannya dengan sangat baik. Abangnya iaitu Raja Al-Malik As-Salih memohon damai lalu diberkenankan oleh Salahuddin yang berhati mulia.

Salahuddin pun pulang menuju Mesir. Dalam perjalanan, dia mendapat berita kematian Al-Malik As-Salih yang baru berusia 19 tahun. Dengan itu bolehlah dikatakan bahawa Raja Salahuddin al-Ayyubi merupakan pemerintah sebenar Mesir dan Syam.

LANGKAH-LANGKAH SALAHUDDIN YANG LAIN

SELATAN - Tercetus perang saudaar di Yaman. Ada pula seorang yang mengakui dirinya sebagai Al-Mahdi. Salahuddin mengutuskan saudaranya, TAURAN SYAH ke Yaman. Tauran Syah berjaya membawa kedamaian. Kerajaan Ayyubiyyah memerintah Yaman selama hampir 80 tahun.

BARAT – Salahuddin sendiri membuka Barqah, Tripoli dan Kabus pada 569 H.

PUSAT – Pada 579 H, Salahuddin mengumpulkan kesemua pemerintah utama dalam muktamar Islam di Damsyik, Syam. Tujuannya ialah untuk menyatukan gerak kerja. Semua pihak bersetuju kecuali wakil Mausul. Salahuddin terpaksa menghantar tenteranya mengepung Mausul. Akhirnya pemerintah Mausul meminta damai.

Sungguhpun sudah menjadi raja besar, tetapi Salahuddin tetap mengakui ketuanan Khalifah Ababsiyyah di Baghdad, sebagaimana pada zaman Nuruddin Zanki juga. Oleh itu Salahuddin menghantar hadiah kepada Khalifah Al-Mustadi’ di Baghdad. Khalifah sangat gembira dan mengiktiraf segala kejayaan-kejayaan Salahuddin.

PERIBADI RAJA SALAHUDDIN AL-AYYUBI

Salahuddin seorang yang mudah mengalirkan air mata kerana Allah. Kerana terlalu sibuk memperjuangkan kesejahteraan umat, dia tidak sempat mengerjakan ibadah haji walaupun dia seringkali mengungkapkan kerinduannya untuk mengerjakan haji.

Salahuddin amat mementingkan ilmu pengetahuan. Dia sendiri mengajarkan pelajaran akidah kepada anak-anaknya. Dirinya sendiri mahir dalam sejarah, dunia dan sastera. Dia mampu memberikan kritkan terhadap syair-syair yang dibacakan di hadapannya. Dia berpesan kepada para pengawalnya agar menjemput masuk para ilmuwan dan ahli tasawuf yang melintas ke dalam khemahnya kerana kasihnya dia akan golongan ini.

Dikatakan Salahuddin tidak pernah meninggalkan solat berjemaah kecuali dalam 3 hari terakhir hayatnya kerana dia tidak sedarkan diri.

Raja Salahuddin Al-Ayyubi tidak punya harta. Sebab itu dia tidak pernah mengeluarkan zakat, kerana memang tidak punya harta untuk dizakatkan. Raja besar ini juga mati dalam keadaan tidak punya harta. Pernah suatu ketika Salahuddin menegaskan : “Mungkin ada dalam kalangan manusia, orang yang melihat harta dan tanah sama sahaja baginya.” Menurut Ibnu Syaddad, kata-kata ini sebenarnya ditujukan kepada dirinya sendiri.

Kita pula bagaimana??


BIBLIOGRAFI :

“Pejuang Pembaharuan – Salahuddin Al-Ayyubi” karya Abdullah Nasih Ulwan, terjemahan Basri Ibrahim, Darul Nu’man 1999